Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Matinya Generasi Siaran Radio AM

Matinya Generasi Siaran Radio AM



Saya dibesarkan di pantura sebelum akhirnya pindah di kota yang sekarang saya tinggalin. Saya besar di kota yang terkenal dengan KOTA BATIK dan sekarang dilabeli juga dengan KOTA KREATIF DUNIA, Kota Pekalongan di Jawa Tengah

Saya merasakan era 80an sampai 90an di Kota Pekalongan. Terlintas saja ketika melihat Radio Transistor di kamar saya jadi teringat kembali era tersebut. Khususnya saat internet, handphone dan gadget belum ada sama sekali.

Hiburan yang murah saat itu adalah RADIO. Dan memang pada era tersebut radio sedang jaya-jayanya. Sebuah stasiun radio saat itu berani menolak iklan yang masuk saat itu. Begitu jayanya peran radio saat itu dibanding sekarang. 

Sekarang sebuah stasiun radio seperti hidup segan mati tak mau. Istilahnya sekarang sebuah stasiun radio harus menjemput bola untuk mendapatkan iklan. Sampai iklan kecilpun tetap diembah tidak pilih-pilih karena mendapatkan iklan untuk menghidupi sebuah stasiun radio saat ini sangatlah susah dan berat.

Kembali ke jaman itu, tahun 80a. Stasiun radio jaman itu terbilang banyak sekali. Dan jaman itu masih menggunakan gelombang AM (MW) Medium wave. Gelombang FM baru masuk indonesia sekitar tahun 80an akhir sekitar 87an kalau tidak salah.

Jangan tanya soal kualitas suara. Stasiun radio jaman itu masih menggunakan gelombang AM kualitas suaranya ya pas-pas an sesuai dengan karateristik gelombang AM itu sendiri, beda dengan gelombang FM yang kualitas suaranya jernih. Tapi keunggulan gelombang AM adalah bisa menangkap siaran yang jauh hanya dengan menggunakan radio transistor kecil.

Di kota yang membesarkan saya, Pekalongan sendiri saat itu banyak sekali Stasiun Radio AM yang berdiri. Sebut saja Radio RSPD Kota Batik (Sekarang Radio Kota Batik FM), Radio Damashinta, Radio Santo Bernadus, Radio PTDI Walisongo semua yang saya sebutkan ini berada di Kota Pekalongan dan semuanya masih ada sampai sekarang dan mengudara di gelombang FM, kecuali Radio Santo Bernadus entah kemana dan saya browsing juga tidak ada jejaknya.

Kemudian stasiun radio di luar kota Pekalongan atau stasiun radio yang ada di kabupaten Pekalongan atau diluar kota yang bisa saya dengarkan saat itu adalah Radio Chandra (kab. Pekalongan), Radio RSPD Wiradesa (Wiradesa, Kab. Pekalongan), Radio RSPD Batang (Batang, Kab. Pekalongan), Radio IBC (Semarang), Radio RRI (Semarang), Radio Gajahmada (Semarang), Radio Veritas (Semarang), Radio Rama (Tegal), Radio LBS (Indramayu). Dll

Jika malam tiba lebih ramai lagi. Saya bisa mendengarkan siaran Radio RRI dari banyak kota. Karena memang RRI jaman itu sangat merajai di hampir gelombang AM ada RRI yang bersiaran.

Saur Sepuh, sandiwara radio yang sangat dinantikan pendengarnya jaman itu. Dan saking terkenalnya di radio sampai diangkat ke layar bioskop dengan beberapa serinya.

Dan saya mengalaminya sendiri, pulang sekolah sudah nongkrong depan radio untuk mengikuti setiap serinya yang berdurasi hanya 30 menit. Jika sampai lewat satu seri saja akan sangat menyesal sekali. Namun saya bisa mengakalinya dengan mendengarkan stasiun radio lain yang juga menyiarkan sandiwara Radio Saur Sepuh pada jam yang berbeda. Jadi saya tetap bisa mengikuti tiap seri-nya tanpa tertinggal.

Saking terkenalnya sandiwara radio ini, beberapa kesempatan bintang-bintang sandiwara radio saur sepuh ini mengadakan jumpa fans atau lebih tepatnya road show dari radio ke radio, dari kota ke kota. Sungguh antusiasnya sangat luar biasa saat itu. 

Flyer Pemutaran Sandiwara Radio Saur Sepuh Jaman Dulu

Selain sandiwara radio Saur Sepuh yang terkenal tersebut, akhirnya menyusul sandiwara radio lainnya sebut saja seperti Tutur Tinular, Mahkota Mayangkara, Misteri Gunung Merapi, Nini Pelet, Butir-Butir Pasir Di Laut dan masih banyak yang lainnya tapi yang seingat saya hanya itu.

Dan hingga menjelang era 90an, datanglah era dimana kualitas suara sangat di nomer satukan. Maka lahirlah era gelombang FM, suara yang diperdengarkan juga semakin jernih. Stasiun radio berlomba-lomba upgrade perangkatnya untuk pindah gelombang FM. Dan akibatnya banyak masyarakat tertarik untuk membeli radio yang ada gelombang FMnya. Dan mulai saat itu terbelah antara kubu AM yang masih bertahan dan kubu FM yang mengutamakan kualitas suara.

Dan lambat laun gelombang AM mulai ditinggalkan stasiun radio. Bertahap stasiun radio mulai bersiaran di gelombang FM. Sampai pada akhirnya gelombang AM tidak ada radio swasta bersiaran di gelombang tersebut sekarang, kalau pun ada hanya satu dua itu pun semacam radio komunitas, radio dakwah atau RRI yang masih memegang prinsipnya sejak dulu SEKALI DI UDARA TETAP DI UDARA

( www.mazrommy.com - pernah hidup di pekalongan pada jamannya )



Posting Komentar untuk "Matinya Generasi Siaran Radio AM"